Showing posts with label India. Show all posts
Showing posts with label India. Show all posts

My Rant On 67th National Film Awards

Thursday 1 April 2021

This is a bit late tapi lantak lah nama pun nak membebel je untuk National Film Awards tahun ni. For those who don't know at all what is this NFA and what's the fuss is all about, I tell you a bit okay? 


National Film Awards adalah anugerah yang paling besar darjat sebab dianugerahkan oleh Kerajaan India untuk menghargai industri seni yang menyumbang dalam skala besar terhadap pertumbuhan ekonomi negara. Maksud I yang paling besar di antara semua award events yang penggiat seni dapat lah. Kalau ikut ranking anugerah, National Award ni anugerah ke-4 tertinggi darjah kebesaran dia. 

Disebabkan pandemik covid-19, tahun 2020 punya ditangguhkan dan diadakan pada tahun ni so ada beberapa kategori besar akan ada dua pemenang. Semua pemenang ditentukan oleh beberapa orang juri yang dipilih dan dilihat pakar dalam bidang seni. National Award ni juga mengadili seluruh India bukan setakat movie Hindustan atau Tamil semata so competition agak tinggi lah.

Jadi ni semua senarai pemenang untuk National Award yang ke-67 : 

SCREENPLAY

Original Screenplay : Jyeshthoputri

Adapted Screenplay : Gumnaami

Dialogue Writer : The Tashkent Files (Hindi)

Best Cinematography : Jallikkettu (Malayalam)

Best Female Playback Singer : Bardo (Marathi)

Best Male Playback Singer : Kesari, Teri Mitti (Hindi)

Best Supporting Actress : Pallavi Joshi - The Tashkent Files (Hindi)

Best Supporting Actor : Vijay Sethupathi - Super Deluxe, 

Best Actress : Kangana Ranaut (Manikarnika, Panga)

Best Actor : Manoj Bajpayee for Bhonsle and Dhanush for Asuran

Best Direction : Bahattar Hoorain

Best Children Film : Kastoori (Hindi)

Best Film on Environment Conservation : Water Burial

Indira Gandhi Award for Best Debut Film of Director : Helen (Malayalam)

Best Feature Film : Marakkar Arabikadalinte Simham (Malayalam)

MUSIC DIRECTION  

Song : Viswasam (Tamil)

Music Direction : Jyeshthoputro

Make-Up Artist : Helen

Best Production Design : Anandi Gopal

Best Costume Design : Marakkar - Lion of the Arabian Sea (Malayalam) Sujith Sudhakaran & V. Sai

Best Editing : Jersey (Telugu)

Best Audiography : lewduh (Khasi)

Best Choreography : Maharshi (Telugu) Raju Sundaram

FEATURE FILM  

Best Tulu Film : Pingara

Best Paniya Film : Kenjira

Best Mishing Film : Anu Ruwad

Best Khasi Film : Lewduh

Best Haryanvi Film : Chhoriyan Chhoron Se Kam Nahi Hoti

Best Chattisgarhi Film : Bhulan The Maze

Best Telugu Film : Jersey

Best Tamil Film : Asuran

Best Punjabi Film : Rab Da Radio 2

Best Odiya Film : Sala Budhar Badla and Kalira Atita

Best Manipuri Film : Eigi Kona

Best Malayalam Film : Kalla Nottam

Best Marathi Film: Bardo

Best Konkani Film : Kaajro

Best Kannada Film : Akshi

Best Hindi Film : Chhichhore

Best Bengali Film : Gumnaami

Best Assamese Film : Ronuwa- Who Never Surrender

NON FEATURE FILM  

Best Narration  : Wild Karnataka, Sir David Attenborough

Best Editing : Shut Up Sona, Arjun Gourisaria

Best Audiography : Radha (Musical), Allwin Rego and Sanjay Maurya

Best On-Location Sound Recordist : Rahas (Hindi), Saptarshi Sarkar

Best Cinematography : Sonsi, Savita Singh

Best Direction : Knock Knock Knock (English/Bengali), Sudhanshu Saria

Best Film on Family Values : Oru Paathiraa Swapnam Pole (Malayalam)

Best Short Fiction Film: Custody (Hindi/English)

Special Jury Award : Small Scale Societies (English)

Best Animation Film : Radha (Musical)

Best Investigative Film : Jakkal

Best Exploration Film : Wild Karnataka (English)

Best Education Film : Apples and Oranges (English)

Best Film on Social Issues : Holy Rights (Hindi) and Ladli (Hindi)

Best Environment Film : The Stork Saviours (Hindi)

Best Promotional Film : The Shower (Hindi)

Best Art and Culture Film : Shrikshetra-Ru-Sahijata (Odia)

Best Biographical Film : Elephants Do Remember (English)

Best Ethnographic Film : Charan-Atva The Essence of Being a Nomad (Gujarati)

Best Debut Non-Feature Film of a Director : Khisa (Marathi)

Best Non-Feature Film : An Engineered Dream (Hindi)

Yang mana kena highlight kuning tu pemenang dari Hindi region lah. Ikutkan tak banyak pun yang industri Bollywood menang sebab banyak kepada Tamil industry. Tapi I lega sangat sebab Best Actor dengan Actress dapat dekat pelakon Hindi - Manoj Bajpayee dengan Kangana Ranaut. 

Kejayaan besar lah untuk Kangana sebab dah kali ke-4 dah menang National Award. She totally deserves that tambah pula untuk Manikarnika dengan Panga. Absolutely love her performance in those two! Even sebagai pesakit mental dalam Judgementall Hai Kya pun bagus juga tapi watak tu tak sekuat yang dua ni. 

Kalau ada yang baca review Bhonsle, I did mentioned yang I habiskan masa beberapa hari untuk habiskan tapi untuk mutu lakonan memang cemerlang. Hopefully untuk tahun depan Shahid Kapoor boleh menang untuk Jersey. Seriously this guy need to have a National Award in his bag also.

Walaupun I tak tengok movie Super Deluxe tapi masa tengok movie Master boleh nampak macam mana bagus lakonan Vijay Sethupathi. Even berlakon satu movie dengan Vijay dan screentime yang terhad, dia tetap menyerlah sampaikan tertunggu bila scenes dia akan muncul lagi. 

Untuk female supporting actress tu I tak pasti kalau persembahan Pallavi Joshi - The Tashkent Files adalah yang terbaik sebab personally for me tahap sederhana je. Sama juga dengan Best Choreography sebab koreografi dalam movie Maharshi biasa je. Koreografi tarian dalam movie WAR jauh lebih bertenaga dengan pelakon yang memang hebat menari. Best combination ever - Hrithik & Tiger Shroff. Did they just sleep on that? WHY?!

Untuk Best Feature Film yang paling menyedihkan sekali lah sebab movie Chhichhore menang tapi Sushant Singh Rajput dah tak ada. Tak tahu kenapa juri tak pilih 2 movie sebab sedangkan award ni untuk 2 tahun. Tak tahu kenapa juri pilih Chhichhore tapi kalau sebab Sushant, I think that's soooooo unnecessary lah sebab Sushant dah tak ada. Tapi benda dah jadi kan, thanks for the recognition sebab movie ni tenggelam terus walhal cemerlang di box office. I mean, siapa yang tak tengok lagi please do watch this movie. 

I bet that's all for now. Ciao!

Movie Review | Act 1978

Sunday 14 March 2021

 

Director : Mansore

Writer : Mansore, Veerendra Mallanna, Dayanand TK

Cast : Yagna Shetty, Shruti, Vijay, Pramod Shetty, Sudha Belawadi, H. G. Dattatreya, Avinash, Raghu Shivamogga

Production Company : D Creations

Distributor : KRG Studios

Genre : Action / Drama / Thriller

Running Time : 127 minutes

Release Date : 20 November 2020

Trailer :

First time tengok movie Kannada gara-gara poster dia yang provokatif bila seorang perempuan mengandung diletakkan bom di perut dan acu pistol. Bila tengok trailer tak didedahkan kenapa dia buat macam tu tapi dapat nampak yang sistem Kerajaan menindas rakyat seperti Geetha (Yagna Shetty), anak petani dan juga balu yang tengah sarat mengandung.

Kenapa Act 1978? Sebab Akta Penjawat Awam 1978 Karnataka adalah satu Akta untuk mengatur pengambilan dan syarat-syarat perkhidmatan orang yang dilantik ke Perkhidmatan Awam Negeri Karnataka dan jawatan yang berkaitan dengan urusan Negeri Karnataka. Dalam movie ni Geetha minta pada pihak Kerajaan supaya lucutkan jawatan beberapa orang pegawai Kerajaan yang sentiasa berikan alasan bila Geetha tuntut pampasan dari kematian ayah dia. 

Bermula dari Geetha mula mengandung sampai lah dia sarat, bermacam alasan yang mereka berikan sehingga lah Geetha buat rancangan bersama ayah mertua dia untuk letupkan bangunan tersebut. ACP Ram Gopal (Pramod Shetty) bagitahu Ketua Polis yang bom C4 pada perut Geetha boleh dimatikan tanpa masuk ke dalam. 

Sebelum ni pihak DRDO berjaya pasang Peranti Pemancar Nadi Elektro Magnetik pada sistem peluru berpandu dan kalau mereka berjaya pancarkan melalui drone ke atas bangunan tersebut, semua peranti pada litar elektrik dan elektronik akan dimatikan. Tapi ada satu masalah pada rancangan tersebut bilamana semua data dalam laptop, komputer, cakera dan telefon bimbit akan terhapus. Jadi mereka tak boleh ambil risiko tersebut. 

Bahaya juga kalau mereka biarkan bom tersebut meletup sebab 200 meter dari bangunan tersebut ada stesen pam minyak, sekolah dan hospital awam. Sementara menunggu bantuan dari agensi khas sampai, pihak polis terpaksa penuhi tuntutan Geetha dan kawal pihak media. 

Pengarah dan penulis Mansore dapat idea untuk skrip filem ni bilamana banyak cerita dan kes rakyat ditindas oleh sistem Kerajaan. Kes petani yang bunuh diri, kes petani yang bakar diri secara hidup-hidup kerana terseksa dengan sistem. Pada opening credit ada lagu dengan lirik yang menceritakan kehidupan sebagai rakyat biasa yang perlukan keadilan dari tanah air sendiri. Kudos to Rahul Shivakumar!

 

Filem 1978 terletak pada bahu Yagna Shetty sebagai protagonist utama yang menghidupkan tekanan pada watak-watak sampingan yang lain. Dari riak yang sombong, sama-sama tuding jari  menyalahkan rakan sekerja, merayu dengan kisah sedih kehidupan masing-masing dan merasa menyesal di hujung cerita. Semua watak menggambarkan sifat manusia yang selesa di bangku masing-masing dan tanpa sedar sikap lewa mereka menindas golongan yang lainnya. 

Masa tengok filem ni tak expect pun sinematografi yang cantik sebab industri perfileman Kannada kecil je tapi Satya Hegde buktikan yang sebaliknya. Kagum dengan colour grading, keindahan panorama negeri Karnataka walaupun banyak shot diambil dari suasana kehidupan para petani. Mungkin kerana senibina bangunan pada zaman penjajahan British dan keindahan alam semulajadi. Close up shot pun mainkan peranan untuk menggambarkan riak muka setiap watak sesuai dengan mood dalam scene tersebut. 

Kekuatan utama pada filem Act 1978 adalah pada mesej sosial yang dibawakan oleh Mansore bilamana rasuah dan kebobrokan penjawat awam menghancurkan negeri dan menindas rakyat. Ditekankan pada scene Ketua Pekerja yang menggelabah bila fail di Jabatan Pertanian mendedahkan korupsi selepas diaudit. Ironi juga scene di mana semua pegawai tinggi berbincang kerana risaukan keselamatan rakyat tapi dalam masa yang sama sedap makan briani sedangkan rakyat tahan lapar kerana keadaan yang mendesak. 

Mungkin filem ni terasa dekat dengan hati sebab kita pun berada dalam situasi yang sama dan ramai juga tertindas dengan sistem yang menguntungkan sebelah pihak. Bab penjawat awam tak buat kerja tu tak payah cakap la, baik di musim pandemik ni ataupun sebelum pandemik sama sahaja. Berbakul maki pun belum tentu kaunter buka, belum tentu boleh submit dokumen dengan jayanya. Apapun, recommended to watch this movie!

1. Team Production +1, 2. Visual +1, 3. Audio +1, 4. Storyline +1, 5. Casting +1, 6. Genre +1, 7. Themes +1, 8. Editing +1, 9. Social Message +1, 10. Personal Thought +1 = 10/10

Movie Review | Uyare (2019)

Monday 8 March 2021

Director : Manu Ashokan

Writer : Bobby–Sanjay

Cast : Parvathy Thiruvothu, Asif Ali, Tovino Thomas, Siddique, Anarkali Marikar, Prem Prakash

Production Company : S Cube Films, Grihalakshmi Productions

Distributor : Kalpaka Films, Indywood Distribution Network

Genre : Drama

Running Time : 125 minutes

Release Date : 26 April 2019

Trailer :

Antara movie terbaik di industri perfileman Malayalam adalah movie Uyare arahan Manu Ashokan  yang mengangkat keberanian dan semangat juang yang tinggi dari acid attack victim. Dari kecil lagi Pallavi Raveendran (Parvathy Thiruvothu)  simpan impian untuk menjadi pilot dan bila cita-cita dia tercapai, kekasih dia, Govind Balakrishnan (Asif Ali) hancurkan semuanya dalam sekelip mata. 

Raveendran (Siddique) pernah tanya anak bongsu dia tentang Govind disebabkan sikap yang suka mengongkong tapi Pallavi bagitahu yang Govind seorang sahaja selamatkan dia dari dibuli masa di sekolah dulu. Hakikatnya, lelaki toxic macam Govind akan cuba cari cara supaya partner rasa terhutang budi kemudiannya manipulate sampai partner rasa susah nak keluar dari hubungan tu. Jawapan kepada persoalan kenapa perempuan bijak seperti Pallavi jatuh cinta pada lelaki toxic. 

Semua yang Pallavi buat perlu dapat approval dari Govind termasuklah pakaian dan penampilan dia. Bila Pallavi sibuk dalam kelas dia mula cari jalan untuk guna emotional blackmail sampai tahap kelar nadi sendiri. Kawan-kawan Pallavi pun dah masak dengan perangai Govind dan selalu nasihatkan cinta cuma 1 daripada 5 perkara penting dalam hidup. 

Tapi bila Pallavi mula rimas dan sesak dengan perangai Govind, dia disimbah asid dan lesen juruterbang dia dibatalkan serta-merta gara-gara mata dia kurang jelas. Di mahkamah pula peguam Govind berjaya dapatkan ikat jamin dek kerana tiada saksi semasa Pallavi disimbah asid. Tebal muka Govind bagitahu depan Hakim yang dia masih sudi berkahwin dengan Pallavi. 

Setiap kali tengok movie tentang mangsa simbah asid ni memang tak cukup makian bila tengok scene tu. Kejam sangat! Lagi bertambah sakit hati bila yang simbah tu bukan musuh ataupun kena tolak cinta tapi bakal suami sendiri. Geramnya lah tengok Govind datang merayu supaya tarik balik kes mahkamah sebab masa depan dia hampir musnah. Eiiii!

Nasib baik lah Pallavi ni ada support system yang kuat macam kawan baik dia, Sariya D'Costa (Anarkali Marikar) yang naikkan semangat Pallavi bila dia takut nak keluar tengok dunia. Kudos to Bobby–Sanjay sebagai penulis yang keluar dari template cinta platonik bila Pallavi minta Vishal Rajashekaran (Tovino Thomas) jadi kawan baik dia instead of boyfriend. Vishal jarang muncul tapi bila dia datang, selalu buka banyak peluang untuk Pallavi belajar dan berkembang. 

Jarang tengok movie Malayalam so tak kenal langsung dengan mana-mana pelakon dalam movie ni tapi semuanya deliver watak mereka dengan cemerlang baik pelakon utama mahupun pelakon sampingan. Kekuatan movie Uyare pada penulisan skrip yang berpijak pada dunia nyata dek kerana penulis dah buat kajian dari acid attack victims. Sebab tu dekat awal movie, team production letak ‘based on true story….mostly’. 

Walaupun movie ni bergenre drama tapi ada beberapa scene yang hilang impaknya macam scene Pallavi simbah air dekat muka Govind tapi pihak Cloud 9 Airlines tak release media statement dari Pallavi pun walhal boleh je tarik simpati ramai. Scene Pallavi interact dengan ATC pun tak dimasukkan dialog atau perbalahan yang intense dari watak Vishal ataupun Pallavi. 

Masa movie Chhapaak keluar tahun lepas, ramai yang compare dengan movie Uyare dan keduanya ada kekuatan tersendiri pada jalan cerita. Sementara Uyare cemerlang dengan lakonan dan skrip, movie Chhapaak pula cemerlang pada kekuatan mesejnya. 

Movie Uyare bukan setakat menang banyak award dalam pelbagai kategori malah movie Malayalam pertama yang ditayangkan di pawagam Korea Selatan. Rasa terinspirasi lah tengok movie Uyare ni masa Hari Wanita Sedunia. 

1. Team Production +1, 2. Visual +1, 3. Audio +0.4, 4. Storyline +1, 5. Casting +1, 6. Genre +0.6, 7. Themes +1, 8. Editing +1, 9. Social Message +1, 10. Personal Thought +1 = 9/10

Movie Review | Master (2021)

Sunday 31 January 2021

Director : Lokesh Kanagaraj

Writer : Lokesh Kanagaraj

Cast : Vijay, Vijay Sethupathi, Arjun Das, Malavika Mohanan, Shanthanu Bhagyaraj, Andrea Jeremiah, Gouri G. Kishan, Master Mahendran, Master Poovaiyar

Production Company : B4U Motion Pictures, Seven Screen Studio, X.B. Film Creators

Distributor : Seven Screen Studios, Amazon Prime Video

Genre : Action / Crime / Thriller

Running Time : 179 minutes

Release Date : 13 January 2021

Trailer :

Kisah bermula dengan berlatarbelakangkan latar masa pada tahun 2012 bila keluarga ketua persatuan pemandu lori dibakar hidup-hidup di dalam rumah sementara anak mereka, Bhavani (Master Mahendran) jadi saksi dari sebuah bangsal tak jauh dari situ. Dia merayu supaya tak dibunuh dan berjanji akan tutup mulut. 

Bhavani dibawa ke penjara juvana dan didera setiap hari tanpa belas. Bila fizikal dia semakin kuat menampung sakit dipukul setiap hari, dia lari dari penjara kemudiannya minta tempoh masa satu minggu untuk bawa duit pengeras. Plan dia untuk seludup dadah dan arak melalui lori berjaya kemudiannya naik sebagai ketua sehingga lah Bhavani (Vijay Sethupathi) besar dan balas dendam kepada pembunuh-pembunuh keluarga dia. 

Beralih kepada watak JD (Vijay), seorang kaki mabuk yang bekerja sebagai pensyarah di sebuah kampus dalam major Psikologi menjadi kesayangan semua pelajar di situ sebab selalu berpihak kepada kebajikan pelajar. Tapi bila cadangan dia untuk wujudkan pilihanraya kampus telah gagal, dia digantung kerja selama 3 bulan dan dipindahkan ke penjara juvana. 

Baru sehari dekat sana, sudah ada kes pembunuhan dua beradik yang cuba minta bantuan dari JD untuk keluar dari perangkap Bhavani. Tersedar dari ketagihan dia, JD bersumpah akan balas dendam terhadap Bhavani dengan bantuan Undiyal (Master Poovaiyar) dan Charu (Malavika Mohanan).

Pertama kali dua Vijay digabungkan dalam satu movie action, sana sini ada status pasal kehebatan movie Master. 15 minit awal movie Master bergerak cantik dengan jalan cerita yang menarik dan bentuk watak Bhavani sebagai villain yang kejam dari kisah silam dan kelicikan dia untuk naik ke atas. Tak perlukan masa yang lama pun untuk dia tumpaskan musuh dia, cukup dengan satu tumbukan padu tepat ke rusuk. 

Berbeza dengan watak Vijay yang hilang dalam dunia khayalan bila watak pensyarah mabuk sepanjang masa dipandang tinggi oleh para pelajar. Dia ada kisah sedih untuk justify ketagihan dia tapi tak sekuat cerita Bhavani dan penceritaan tu tak diadun dengan kemas walhal rahsia tu yang dinanti dari first half lagi. Berbeza dengan Bhavani, JD ambil masa yang lama untuk action stunt dia dan mengikut rencah masala dengan tumbukan angin melayang and all the clichés stunt attached. Scene Vijay bertemu Vijay pun rasa lemau sebab dah nampak hala tuju pengarah ke mana. 

Kalau dekat first half ada scene feminism yang diangkat oleh pengarah dan penulis Lokesh Kanagaraj bila Savitha (Gouri G. Kishan) menang pilihanraya dengan bawa revolusi dan masa depan cerah instead of misogynist and chauvinist leader, Bhargav (Shanthanu Bhagyaraj). Dekat second half pula JD ejek nama Bhavani sissy. 

Inconsistency ni sama dengan scene emosi JD bila dia bagitahu tentang keadaan mayat dua beradik tu dalam keadaan mengerikan padahal tak sama pun dengan apa yang dia sembang. Lakonan dia agak kayu dan try hard untuk emotional scene so rasa sedih tu tak timbul langsung. Woke speech dia dengan tahanan juvana pun nampak kelakar sebab dia bagi kesedaran kepada drug addict yang consume dadah dengan arak hari-hari.

Ada juga scene Charu mengeluh pasal candlelight dinner padahal JD ajak jumpa waktu siang dekat kedai makan. Tengok gaya terang tu macam tengahari. Scene JD lukis bentuk ladam kuda pun agak meragukan sebab dari awal cerita Bhavani cuma ambil budak lelaki sebagai tawanan dia. Kenapa entah lukis dekat tangan perempuan yang berpakaian macam movie star. Kalau dia nak tengok reaksi watak-watak tertentu, baik dia lukis dekat tangan dia je. Buang masa sebab meleret.

Kenal Malavika Mohanan dalam movie Beyond The Clouds (2019) dengan kekuatan lakonan tapi dalam movie Master dia cuma jadi cantik untuk screentime yang sangat pendek dari 179 minit tu. Watak Vaanathi (Andrea Jeremiah) pun tak diberikan ruang untuk menyerlah dan kepakaran dia dicuri oleh JD untuk impress fandom Vijay.

 

Banyak scene yang meleret dan tak perlu dimasukkan pun dengan dialog yang merepek dan tak masuk akal, lenguh juga tunggu movie Master ni habis. Kekuatan movie ni hanya pada lakonan Vijay Sethupathi sebagai villain jenis no nonsense dan menggerunkan, sinematografi dan beberapa shot yang cantik juga music album dan background score yang menghidupkan suasana. Tapi ketuk pinggan besi keluar bunyi dhol tu tak boleh terima dek akal langsung. Untuk entertainment semata boleh la nak layan. 

1. Team Production +0.3, 2. Visual +1, 3. Audio +0.8, 4. Storyline +0.2, 5. Casting +0.3, 6. Genre +0.3, 7. Themes +0.5, 8. Editing +0.2, 9. Social Message +0, 10. Personal Thought +0 = 3.6/10

Movie Review | Psycho (2020)

Sunday 24 January 2021

Director : Mysskin

Writer : Mysskin

Cast : Udhayanidhi Stalin, Aditi Rao Hydari, Nithya Menen, Rajkumar Pitchumani, Aadukalam Naren, Pritham, Renuka

Production Company : Double Meaning Production

Distributor : Netflix

Genre : Psychological / Crime / Thriller

Running Time : 144 minutes

Release Date : 24 January 2020 

Trailer :

Diadaptasikan dari kisah Angulimala dari kitab Budha, di mana pembunuh bersiri bertaubat dan menjadi sami, Mysskin olah dan sesuaikan dengan konsep zaman kini. Polis mula resah bila banyak kes penculikan perempuan serta pembunuhan berlaku di Coimbatore. Semua mangsa akan dipenggal kepalanya dan ditinggalkan dalam keadaan memakai bikini berwarna pink di kawasan terpencil. 

Dalam masa yang sama, DJ radio Dagini (Aditi Rao Hydari) rimas dengan si buta Gautham (Udhayanidhi Stalin) yang selalu stalk dan mengekori dia ke mana sahaja dia pergi. Bila Gautham luahkan rasa hati dia, Dagini bagitahu yang dia akan jumpa di tempat istimewa. Malangnya Dagini diculik di depan mata Gautham sebaik sahaja dia sampai di kawasan tersebut. 

Walaupun Gautham buta tetapi deria hidu lebih kuat dari manusia normal dan dia cuba untuk mencari pembunuh psiko tersebut menggunakan keistimewaan dia. Gautham minta bantuan Kamala (Nithya Menen), inspektor polis yang lumpuh setelah jatuh dari tangga semasa kejar pembunuh psiko tersebut. Nampak hebat bukan storyline movie Psycho ni tapi percayalah jalan cerita dia mintak penampar. 

Lepas 13 orang mangsa pembunuh psiko di kawasan bandar ni tetap juga satu skuad polis tak mampu nak cari siapa pembunuhnya. Ada scene di mana ketua polis bagitahu anak buah dia supaya cari lelaki yang clean-shaved, muka handsome seperti movie star dan drive kereta mewah. Tapi yang tu je lah effort polis. Tak ada follow up dari situ pun. 

So here comes Kamala yang ada sejarah dengan pembunuh psiko tersebut tapi guna pengalaman tersebut bila deadline tinggal lagi dua hari. Who does that?! Watak dia agak annoying jugak lah sebab mulut lancang walaupun OKU. Dalam movie ni OKU semuanya biadap, mungkin sebab T20 agaknya. 

Tak tahu kenapa Dagini yakin yang Gautham akan selamatkan dia padahal lelaki tu buta. Ingatkan masa Dagini kena culik depan mata dia tu dia nak follow pembunuh psiko tu sebab perfume Dagini agak kuat lah. Rupanya tak, dia lagi sibuk nak cari cincin Dagini dan biarkan pembunuh terlepas. By the way, Gautham pun terkejut bila doktor psikatri bagitahu dia mampu selesaikan kes ni. 

Kalau dari awal modus operandi pembunuh sama je culik kemudian penggal kepala then pakaikan bikini pink. Tapi pihak polis, Kamala mahupun Gautam tak perasan perubahan pada corak pembunuhan dia bila dia tukar bikini pink kepada stripes dan tikam sebelum culik. Tak ada siapa pun yang siasat kenapa dan tak ada siapa dapat klu tambahan untuk pembunuh psiko ni. 

Watak Teacher Rachel (Pritham) muncul pada second half tanpa menambah apa-apa plot kecuali tambah level merepek bila dia bagitahu Dagini yang kesalahan dia cuma denda pembunuh psiko tersebut masa zmaan sekolah gara-gara masturbate. Dagini tekankan yang masturbate bukan dosa tapi Teacher Rachel tetap dengan pendirian dia sambil merokok. Tskkk 

Sudah lah skrip merepek dan tak logik, draggy pulak tu dengan scene merepek macam Gautham drive dan Kamala jadi mata dia. Kau kalau tak pandai drive, bagi je lah Vasantha (Renuka) yang drive. Dah la drive macam beruk sampai terbabas. Music background pun merepek sebab scene thriller letak music mendayu macam lagu romantik. Kau dah kenapa? 

Tak patut rasanya pengarah-penulis Mysskin buat adaptasi kisah Angulimala sebab benda macam ni elok simpan sorang je lah. Tak faham kenapa censor board boleh luluskan movie yang hadirkan rasa simpati pada pembunuh psiko. Bak kata doktor psikatri tu, tak ada manusia yang berhak ambil nyawa manusia lain. Kenapa movie ni letak tajuk Psycho entah lah. Merepek! 

1. Team Production +0, 2. Visual +1, 3. Audio +0, 4. Storyline +0, 5. Casting +0.2, 6. Genre +0, 7. Themes +0, 8. Editing +0.2, 9. Social Message +0, 10. Personal Thought +0 = 1.4/10

Movie Review : Virus (2019)

Monday 23 November 2020


Director : Aashiq Abu

Writer : Muhsin Parari, Sharfu, Suhas

Cast : Kunchacko Boban, Tovino Thomas, Parvathy Thiruvothu, Asif Ali, Rahman, Soubin Shahir, Indrajith Sukumaran, Revathi, Rima Kallingal, Madonna Sebastian, Sreenath Bhasi, Zakariya Mohammed

Production Company : OPM Cinemas

Distributor : OPM Cinemas

Genre : Medical / Drama 

Running Time : 152 minutes

Release Date : 7 June 2019

Trailer :

Diadaptasikan dari kisah benar yang berlaku di Kerala, India Selatan bila virus Nipah merebak di Government Medical College, Kozhikode. Bermula dari pesakit yang bernama Zakariya (Zakariya Mohammed) yang dibawa dari Baby Hospital dan dipindahkan ke GMC. Nurse Akhila (Rima Kallingal) yang merawat turut dipindahkan ke GMC selepas mendapat symptom yang sama – demam, tekanan darah tinggi, susah bernafas dan muntah. 

Disebabkan Zakariya, terciptanya satu kluster di GMC dan pakar virus sahkan virus tersebut virus Nipah berdasarkan symptom sedia ada. Menteri Kesihatan, C K Prameela (Revathi) bersama team dia menyiasat punca virus Nipah di dua kawasan tersebut. Dalam masa yang sama pelbagai jenis kontroversi dan khabar angin wujud antaranya ialah virus yang merebak mungkin disebarkan oleh kumpulan pengganas gara-gara datang dari Zakariya, seorang Muslim. 

C K Prameela call Dr. Annu (Parvathy Thiruvothu) untuk tugas undercover dan siasat latar belakang semua pesakit yang terlibat dalam kluster Zakariya. Dalam masa yang sama, Paul (Tovino Thomas) cuba untuk kawal keadaan di GMC supaya pekerja tak panik di saat genting. 

Bagus bila pengarah movie Malayalam, Aashiq Abu buat movie berdasarkan kisah benar untuk beri penghargaan kepada pihak-pihak yang terlibat tapi sayang lah kalau penceritaan tak disampaikan dengan baik. Sepanjang 152 minit tengok movie Virus ni agak pening dengan semua konflik yang wujud dari awal sampai misteri terbongkar. Tiba-tiba je flashback muncul tanpa berkait dengan plot utama ataupun naratif. Nampak kreatif lah kalau watak dan sub-plot tak banyak. Bila baca kes sebenar baru faham apa yang terjadi dan siapa watak-watak berkenaan. 

Kudos to Rajeev Ravi dengan visual yang menarik untuk hidupkan senario sebenar di wad kecemasan baik zon hijau, kuning atau merah. CPR, injection, stiches, darah, kemalangan, kematian dan banyak lagi yang dipaparkan secara close-up untuk gambarkan betapa pentingnya sumbangan seorang doktor. Visual effects dengan teknologi dalam scene team Kementerian Kesihatan berbincang tentang data yang dikumpul pun nampak smart. 

Kalau yang tak familiar dengan virus Nipah mungkin tak faham tentang cara virus ni merebak sebab doktor dekat GMC ataupun doktor yang terlibat pakai PPE atau surgical mask ikut suka je. Ada scene Dr. Annu buka mask N95 dia sebab taknak pesakit cuak padahal result test dia belum keluar lagi. Dalam situasi pandemic macam tu, macam tak perlu je nak berdrama. 

Dalam movie Virus ni ada diceritakan asal-usul virus Nipah yang datang dari Malaysia pada tahun 1999 berpunca dari kelawar buah dan babi. Sejarah ni diterangkan bila ada keluarga mangsa yang nak kebumikan ikut cara Islam so team Kementerian berbincang hal SOP. Antara scene yang dijelaskan dan ditayangkan dengan cantik bila melibatkan isu sensitif. 

Walaupun movie ni sarat dengan watak tapi masing-masing ada cerita masing-masing yang penting dibawa masuk supaya nampak drama bertemakan pandemik ni. Sedih bila tengok scene mak Zakariya tak sanggup nak jumpa orang dari Kementerian yang siasat tentang punca virus Nipah sebab dia tak nak orang kampung cerca anak dia pembawa musibah. 

Hakikat yang terpaksa kita telan bila berlawan dengan pandemik. Even segelintir frontliners kita pun dicemuh oleh orang biasa sebab dituduh pembawa virus apatah lagi yang terkena virus covid-19 ataupun virus berjangkit yang lain. Kudos to Virus team yang mengangkat tema pandemik dari kisah benar, hopefully akan datang lebih banyak lagi movie macam ni. 

1. Team Production +0.7, 2. Visual +1, 3. Audio +1, 4. Storyline +0.6, 5. Casting +1, 6. Genre +1, 7. Themes +1, 8. Editing +0.8, 9. Social Message +1, 10. Personal Thought +0.2 = 8.3/10

Movie Review : Sairat

Monday 28 September 2020


Director : Nagraj Manjule
Writer : Nagraj Manjule, Bharat Manjule
Cast : Rinku Rajguru, Akash Thosar
Production Company : Zee Studios, Aatpat Production, Essel Vision Productions 
Distributor : Zee Studios
Genre : Romance / Drama
Running Time : 174 minutes
Release Date : 29 April 2016
Trailer :


Tahun 2018 I dah pernah tengok movie Dhadak lakonan Ishaan Khatter dan Janhvi Kapoor terbitan Dharma Production which is a remake from Sairat. Tapi disebabkan ramai yang kata movie Sairat lagi bagus, so I decided to watch and feel the romance and drama. Majorly I feel disappointed sebab I rasa Dharma Production dah buat yang terbaik ikut template romance drama yang mengangkat tema cinta terhalang ni. 


Watak dengan plot pun ada sedikit perbezaan lah bila si hero, Prashant "Parshya" Kale (Akash Thosar) seorang yang bijak dan merupakan kapten pasukan kriket daerah dia. Waktu lapang dia akan bantu kawan baik dia, Salim Shaikh (Arbaz Shaikh) repair motor dekat bengkel. Dari awal movie lagi dah nampak dia tergila-gilakan Archana "Archi" Patil (Rinku Rajguru), anak kepada politician, Tatya (Suresh Vishwakarma). 


Watak Archi ni for me agak rude lah sebab dia berkuasa dekat kampung tu dan keluarga dia pun terkenal dengan peras ugut dan buli kasta bawah. Tapi Parshya sendiri tak ada jawapan kenapa dia suka dengan Archi. Berbeza dengan Dhadak bila heroin under Dharma akan digambarkan dengan indah. Watak Parthavi tak lah melampau macam Archi sampai lecturer pun dia tak hormat dan buli kawan dia tapi lebih sopan dan feminine. Cantik, pandai menari dan mengusik. Siapa je tak jatuh cinta….


Masa bercinta memang lah indah sampai larikan diri ke bandar dan merancang hidup berdua tapi realiti tak sama dengan movie bila masing-masing tak ada kelulusan tinggi untuk dapat jawatan bagus dan gaji tinggi. 

Payah untuk Archi nak adapt hidup dalam kawasan kotor macam tu sampai dia rasa menyesal lari dari rumah untuk hidup dengan Parshya. Boleh nampak yang dia jenis tak fikir panjang sebab dia signed FIR mengatakan Parshya dan kawan-kawan dia nak rogol dan culik Archi. 


Dekat situ pun jalan cerita dah meleret dah. Berbeza dengan jalan cerita Dhadak bila ayah Parthavi guna kuasa untuk suruh polis pukul Madhu dan kawan-kawan dia. Then Parthavi datang ke balai kemudian rampas pistol dan bawa Madhu lari ke Mumbai. Plot movie Dhadak lebih bagus, menghiburkan dengan scene komedi di first half dan drama di second half, visual memukau dengan sinematografi indah dan soundtrack best. 


Even dah 2 tahun I tengok Dhadak, sampai sekarang tak boleh lupa macam mana terkesannya dengan ending berbanding dengan ending Sairat. Ada perbezaan pada ending tapi I rasa Dhadak lebih kejam dan traumatic to watch. Bila tengok reaction Parthavi memang goosebump habis lah. Sama juga dengan emotional scene yang lain. Setiap kali Janhvi menangis, rasa nak menangis sekali sebab dia terperangkap dalam keadaan. Berbeza dengan Sairat bila Rinku tak mampu convey perasaan dia walaupun Janhvi dan Rinku sama-sama berstatus debutante. 


Di Marathi, movie Sairat agak popular sebab mungkin tak banyak movie berkisarkan cinta terhalang antara dua kasta berbeza tapi dekat Bollywood, movie dengan tema ni dah banyak dah so penerimaan audience Bollywood tak seperti Marathi but still screenplay Sairat hasil seni Sudhakar Reddy Yakkanti patut diberi pujian. 





Fun fact, soundtrack Sairat adalah yang pertama dapat dirakam di studio Hollywood. Lagu hasil ciptaan Ajay dan Atul berjudul "Yad Lagla" dan "Zingaat" juga dirakam semula dalam bahasa Hindi untuk movie Dhadak. Untuk runut bunyi tak banyak beza tapi I prefer Hindi lah sebab suka bahasa Hindi dan lagu Dhadak lebih bernyawa dengan lirik mendalam.


Overall, I prefer Dhadak and will always love Dhadak sebab chemistry Ishaan-Janhvi lebih strong untuk genre romance. 

1. Team Production +1, 2. Visual +0.4, 3. Audio +0.5, 4. Storyline +0.4, 5. Casting +0.6, 6. Genre +0.5, 7. Themes +1, 8. Editing +0.4, 9. Social Message +0.2, 10. Personal Thought +0 = 5/10